ALQOIMKALTIM.COM – Maradona memang lekat dengan sebutan ‘Hand of God’ atau ‘la mano de Dios’ alias Gol tangan Tuhan. Di Estadio Azteca, Mexico City — tepat hari 22 Juni 1986 — Maradona membungkam pendukung Inggris lewat golnya di menit ke-51. Coba bayangin, dengan tingginya cuma 165 cm, Mardona bisa melompat lebih tinggi mengalahkan kiper Inggris Peter Shilton — yang punya tinggi 185 cm dan boleh menggunakan tangan — untuk mencetak gol.
Gol tangan Tuhan terjadi tanggal 22 Juni, 1986 di Estadio Azteca, Mexico City. Ketika gocekan Diego Maradona melewati 5 pemain Inggris lalu diumpan sampai bola melambung ke atas. Maradona pun menyambut dengan tangannya. Saat itulah bola masuk ke gawang Inggris. Gol ini terjadi di menit 51′. Sayangnya, teknologi saat itu belum secanggih sekarang, sehingga kurang terlihat dengan jelas. Wasit asal Tunisia ini pun mensahkan gol meski beberapa pemain Inggris memprotes masalah ini. Hanya saja 19 tahun kemudian, Maradona akhirnya mengaku bahwa gol tangan tuhannya itu.
Kecurangan Maradona itu tertutupi empat menit kemudian, ketika ia mencetak gol kedua yang luar biasa indah sampai-sampai dijuluki ‘Goal of the Century’ berdasarkan poling FIFA tahun 2002. Setelah menerima bola dari tengah lapangan ia menggiring bola dengan 11 sentuhan melewati lima pemain Inggrus — Peter Beardsley, Steve Hodge, Peter Reid, Terry Butcher dan Terry Fenwick — sebelum menaklukkan Shilton untk kedua kalinya.
Lihat video of Hand of God Goal.
Lihat video of Goal of the century
Goal Tangan Tuhan Lainnya
Meski banyak pemain “the next Maradona” seperti Pablo Aimar, Hernan Crespo atau Gabriel Omar Batistuta, Lionel Messi layak disebut Maradona baru karena gol tangan tuhannya muncul lagi. Gol ini muncul di Copa del Rey untuk Barcelona, bukan di Piala Dunia FIFA seperti Maradona. Nama Messi langsung meroket dengan kejadian ini, hanya saja Barcelona gagal juara Copa del Rey yang direbut Sevilla, tidak seperti Argentina yang juara Piala Dunia FIFA 1986.
Gol Tangan Tuhan ala Messi
Lionel ”Leo” Messi adalah titisan Diego Maradona sepertinya sulit dibantah. Minggu dini hari kemarin, dia kembali membuktikan kemiripannya setelah membuat gol ”tangan Tuhan” jilid kedua. Sejak awal kemunculannya Messi selalu dikait-kaitkan dengan legenda hidup Argentina itu. Bukan cuma karena ukuran tubuh yang terhitung kecil, tapi juga lantaran tarian di atas lapangan dan naluri mencetak golnya yang di atas rata-rata. Messi menunjukkan kalau julukan “titisan Maradona” tak salah dialamatkan padanya. Aksi mantan pemain terbaik dunia itu tatkala mencetak gol ke gawang Inggris di Piala Dunia 1986 dengan melakukan solo run dari tengah lapangan, diulangnya ke gawang Getafe di Piala Raja Spanyol, beberapa waktu lalu.
Messi lagi-lagi menyalin ulah sang senior. Bukan lantaran dua gol yang dicetaknya ke gawang Espanyol, namun cara dia memperdaya kiper Carlos Kameni dan wasit ketika membidik gol pertama pada menit ke-43.Pada sebuah momen, Gianluca Zambrotta melepaskan umpan silang dari sisi kiri pertahanan Espanyol. Messi yang berada di tengah kotak penalti menanduk bola dan masuk. Penonton bersorak, wasit memberi tanda telah terjadi gol.
Tangan Kiri
Namun, para pemain Espanyol berlari mengerubungi hakim garis untuk memprotes gol Messi. Yang terungkap dalam tayangan ulang memang mengejutkan. Bukan kepala Messi yang membelokkan bola crossing Zambrotta, tapi tangan kirinya. Sama seperti gol Maradona ke gawang Inggris di Piala Dunia 1986, sepintas sulit melihat insiden itu. Pasalnya, tangan kiri Messi terangkat bersamaan ketika dia melayang untuk menggapai si kulit bundar dengan kepalanya.
Protes para pemain Espanyol tak dipedulikan wasit, gol dianggap tercipta dengan sah. Messi pun kembali ke rutinitasnya dengan membidik gol kedua.Messi memang tak cuma menyalin ukuran tubuh dan bakat besar Maradona. Dia ternyata juga mencontoh kontroversi dari sang senior.
Samakah dengan Gol Fabiano doi Piala Dunia 2010 ?
Pelatih Argentina, Diego Maradona tidak tahan dengan pembicaran handball Luis Fabiano. Striker Brasil itu mencetak gol kedua ke gawang Pantai Gading saat Brasil menang 3-1, Minggu kemarin, dengan bantuan tangannya. Apa kata Maradona? “Itu bukan gol tangan Tuhan,” tegasnya.
Sejumlah orang memang menyamakan gol Fabiano dengan ‘Gol Tangan Tuhan’ yang dibuat Maradona ke gawang Inggris di perempat final Piala Dunia 1986. Tapi, Maradona rupanya tak mau disamakan. “Tidak, gol yang satu ini (Luis Fabiano) dibantu dengan lengannya, ia mengendalikan bola dengan lengannya, itu sangat jelas, saya pikir itu double handball.”
Beda gol Fabiano dengan Maradona? “Ironisnya, wasit tersenyum setelah mengesahkan gol itu. Ketika saya mencetak gol melawan Inggris, saya tak melihat wasit tertawa. Ia terlihat sangat ragu, ia memandang hakim garis, saat itu belum ada wasit keempat, ia melihat penonton untuk melihat mungkin mereka bisa membantu.”
Maradona, Si Boncel Yang Luar biasa
Diego Armando Maradona, merupakan salah satu legenda terbaik dari dunia sepakbola. Bahkan pada tahun 2000, Don Diego terpilih sebagai pemain terbaik dunia abad ini dalam suatu polling yang dilakukan FIFA melalui internet.
Dengan tinggi tubuh “hanya” 166 cm (termasuk pendek untuk ukuran Eropa), Maradona kerap dipanggil si boncel. Namun jangan tanyakan aksinya di lapangan. Maradona selalu punya gerakan kejutan, yang mengagetkan pemain lawan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh akselerasinya.Akselerasi Don Diego, pada 2-3 langkah awal sangat cepat, karena ditunjang oleh kedua kaki yang kokoh, badannya yang pendek pun, justru memudahkan dirinya dalam mempertahankan body balance.
Visi, intelegensi dan kreasi merupakan kelebihan lain dari seorang Maradona. Maradona merupakan ruh dan dirigen permainan kelas wahid. Berikan saja bola pada dirinya, dan biarkan Maradona melakukan segalanya. Memulai karir di Argentinos Juniors, sebelum pindah ke Boca Juniors. Mencetak 28 gol dalam 40 pertandingan bersama Boca, membuat Barcelona Spanyol membawanya ke Nou Camp. Dua tahun bermain di Barca (1982-1984), Diego bermain dalam 58 pertandingan, dengan torehan 38 gol. Sebelum memutuskan pindah ke Napoli.
Buat Napoli, Maradona adalah segalanya, bahkan dianggap manusia setengah dewa. Maradona berjuang sendirian membawa Napoli ke kasta tertinggi di Italia, dengan meraih Scudetto 1987 dan 1990. Maradona dianggap sebagai pahlawan yang mendobrak hegemoni kemapanan klub-klub Italia di kawasan utara, seperti Milan dan Juventus. Adapun Napoli sendiri adalah kota yang terletak di Italia bagian selatan.
Setelah mempersembahkan 115 gol dalam 259 pertandingan bersama Napoli, Maradona pindah ke Sevilla, Newells Old Boys, sebelum akhirnya mengakhiri karier di La bombonera, Boca Juniors. Maradona terpilih menjadi Pemain Terbaik Dunia 1986. Tentunya setelah publik melihat kebintangannya dalam membawa Argentina merebut Juara Dunia 1986 di Mexico.
sumber -- http://www.alqoimkaltim.com/?p=451
Tidak ada komentar:
Posting Komentar